Pertumbuhan industri kreatif di Indonesia dikenal sejak kasus monoter melanda sejumlah negara di Asia Tenggara. Industri kreatif
pun tumbuh bak jamur dimusim hujan. Akan tetapi pemahaman masyarakat
tentang industri kreatif masih sangat minim. Bahkan masyarakat belum
mengetahui persis apakah yang dimaksud industri kreatif ini? Bagaimana
pertumbuhannya? Apa kontribusi industri kreatif dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia?
Bahkan masih banyak pertanyaan tentang industri kreatif, yang
kemudian menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan bagi instansi
terkait untuk segera menyelesaikan problema tersebut. Tapi, pertanyaan
pun muncul seketika, apakah pemerintah mampu melakukan suatu upaya
pengembangan industri kreatif sebagai solusi menjawab problema ekonomi
bangsa yang terpuruk?
Dari hasil riset Departemen Perdagangan RI telah mencatat 14 bidang
industri kreatif, diantaranya : (1) Jasa Periklanan, (2) Arsitektur, (3)
Pasar Seni dan Barang Antik, (4) Kerajinan, (5) Desaign, (6) Fashion,
(7) Video, Film, dan Fotografi, (8) Permainan Interaktif, (9) Music,
(10) Seni Pertunjukan, (11) Penerbitan dan Percetakan, (12) Layanan
Komputer dan Piranti Lunak, (13) Televisi dan Radio, dan (14) Riset dan
Pengembangan.
14 bidang industri kreatif tersebut bukanlah harga mati, bahwa tidak
menutup kemungkinan akan bertambah bidang industri kreatif baru, seperti
bank sampah dan lainnya. Artinya, kontribusi industri kreatif ini
apabila dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan nilai
Produk Domestik Bruto (PDB), berdasarkan Ketenagakerjaan, dan
berdasarkan Aktivitas Perusahaan.
Menangkap peluang bisnis dari industri kreatif memang sungguh
menjanjikan. Pasalnya, dari nilai Produk Domestik Bruto, industri
kreatif Indonesia memberikan kontribusi rata-rata sebesar 4,74% terhadap
perekonomian Indonesia pada periode tahun 2002 – 2006. Angka tersebut
tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan negara tetangga Singapura
(2,80%).
Dari aspek ketenagakerjaan, rata-rata tiga terbesar jumlah tenaga
kerja sektoral masih diduduki oleh sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, dan perikanan (41,039 Juta), sektor perdagangan, hotel, dan
restoran (18,374 Juta), dan sektor jasa kemasyarakatan (9,87 Juta).
Industri kreatif menempati peringkat ke-7 dari 10 lapangan usaha utama
dengan rata-rata jumlah tenaga kerja selama periode 2002 – 2006 sebanyak
3,7 Juta (3,97%) dari total 93,3 Juta tenaga kerja Indonesia.
Dibandingkan dengan Negara tetangga seperti Taiwan (3,56%), Singapura
(3,4%), dan Selandia Baru (3,6%).
Dari aspek aktivitas perusahaan, jumlah perusahaan industri kreatif
menduduki peringkat ke-6 dari 10 sektor lapangan usaha utama yang
diamati dengan jumlah rata-rata sebesar 1,2 Juta perusahaan dari total
42 Juta perusahaan yang ada di Indonesia. Dari segi pertumbuhan, jumlah
perusahaan sektor industri kreatif tumbuh sebesar 10,52% per tahun,
lebih besar daripada pertumbuhan jumlah perusahaan rata-rata yang hanya
mencapai angka 7,7% per tahun.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa industri kreatif
memiliki potensi menjadi salah satu lapangan usaha yang dapat
dikembangkan untuk memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
perekonomian nasional dan pengurangan tingkat pengangguran.
Cikal bakal indusrti kreativitas dan kemandirian yang dipelihara dan
dibangun dalam Komunitas dapat menjadi jawaban akan tumbuhnya
Entrepreneur (Creativepreneur, dan Sociopreneur ).
Selain mendorong diri sendiri untuk berkembang menjadi Entrepreneur,
Komunitas juga dibantu oleh inkubator. Hanya belum banyak inkubator yang
khusus menangani enterprise yang diinisiasi oleh Komunitas.
Hal ini pun terjawab ketika VISASIA Intrepreneur Community (Visec) hadir dengan membangun paradigma bisnis yang berbasis Komunitas. VISASIA Intrepreneur Community (Visec)
sebagai Komunitas kewirausahaan dalam satu lingkaran sistem IT.
Masing-masing Komunitas, bergotong royong dalam membangun jaringan, maka
egoisme pribadi pun akan tersingkirkan, sehingga kolaborasi dengan
Komunitas lain terjadi sharing-knowledge. Prinsipnya, nilai perjuangan dan pesan yang dibawa bisa dikreasikan dalam mozaik cita rasa usaha.
Konsep inilah yang ditangkap VISASIA Intrepreneur Community (Visec) yang berbasis IT, Education dan Tim Work dengan power Entrepreneurship dan Leadershipnya memposisikan diri sebagai environment yang
nyaman melalui mentoring, training, kompetisi, maupun reward yang
memungkinkan Komunitas dapat berbagi dan belajar mengelola tantangan.
Alhasil, VISASIA dapat bersama-sama berusaha menjawab tantangan
berikutnya yaitu bagaimana menumbuhkan dan menyebarluaskan manfaat
‘kebersamaan’ yang dibawa Komunitas demi perubahan positif pada
masyarakat luas. Tentunya pemerintah diharapkan dapat serius
mengembangkan industri kreatif agar dapat turut meningkatkan
pertumbuhan perekonomian nasional sekaligus memperkuat pembangunan
nasional.
Sumber Artikel : Visasia Indonesia
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments :
Post a Comment